Rabu, 20 Maret 2013

Teknik Penilaian Sapi Potong



TUGAS TERSTRUKTUR
ILMU TERNAK POTONG
TEKNIK PENILAIAN SAPI POTONG

LOGO UNSOD.bmp

OLEH :
AULIA MEILANI
D1E011005
A





FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pengukuran ukuran linear tubuh dan sifat-sifat karkas merupakan cara untuk menilai produktivitas ternak. Bobot badan sapi merupakan indikator produktivitas ternak yang menjadi salah satu ukuran penilaian keberhasilan manajemen pemeliharaan dan penentu harga sapi. Pendugaan bobot badan sapi pada umumnya hanya berdasarkan nilai ukuran linear tubuh sapi tanpa memperhatikan kondisi tubuh sapi tersebut.
Indonesia merupakan negara yang memiliki kondisi wilayah yang beragam menyebabkan sistem pemeliharaan yang dilaksanakan berbeda-beda tergantung potensi wilayah tersebut. perbedaan penggunaan bangsa atau tipe ternak serta pakan yang digunakan akan menyebabkan bobot hidup yang dicapai juga berbeda-beda meskipun ukuran kerangka ternak relatif sama. Perbedaan sistem manajemen, penggunaan pakan dan bangsa ternak akan mengakibatkan adanya keragaman kondisi ternak ( Wulandari, 2005 ).
Untuk melakukan penilaian terhadap hasil karkas, perlu dipelajari dan diketahui terlebih dahulu tentang pembagian karkas sapi. Sebab dengan mengetahui pembagian karkas tersebut, para peternak ataupun tukang potong akan mampu melakukan penilaian dengan betul. Teknik penilaian ternak sangat bermanfaat dalam memilih ternak yang baik sehingga dalam sebuah jual beli tidak ada yang dirugikan.
1.2  Tujuan
Pembuatan makalah Ilmu Ternak Potong bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar tentang Ilmu Ternak Potong, mengetahui teknik penilaian ternak sapi potong, dapat membandingkan ternak sapi potong yang baik dan tidak, dan dapat menduga kondisi tubuh ternak.









BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Parameter Tubuh
            Parameter tubuh adalah nilai-nilai yang dapat diukur dari bagian tubuh ternak termasuk ukuran-ukuran yang dapat dilihat pada permukaan tubuh sapi, antara lain ukuran kepala, tinggi, panjang, lebar, dalam dan lingkar (Natasasmita dan Mudikdjo, 1979). Indikator penilaian produktivitas ternak dapat dilihat berdasarkan parameter tubuh ternak tersebut. Parameter tubuh sering dipergunakan dalam menilai produktivitas antara lain tinggi badan, lingkar dada dan panjang badan. Bobot badan juga merupakan indikator penilaian produktivitas dan keberhasilan manajemen peternakan (Blakely dan Bade, 1991).
            Bobot badan merupakan bobot yang didapatkan selama sapi dipelihara dan dalam keadaan hidup, sedangkan bobot potong merupakan bobot yang ditimbang sesaat sebelum sapi dipotong (Narasasmita dan Mudikdjo, 1979). Bobot badan sapi merupakan salah satu indikator produktivitas ternak yang dapat diduga berdasarkan ukuran linear tubuh sapi (Kadarsih,2003). Perbedaan bobot badan dewasa sapi pedaging yang berbeda-bedaakan menghasilkan tingkat kegemukannya yang berbeda pula pada umur dan makanan yang sama (Parakkasi, 1999). Perbedaan bobot badan tersebut dikarenakan adanya perbedaan pertambahan bobot badan harian, rataan pakan yang dikonsumsi masing-masing individu, jumlah pertambahan otot tiap hari serta perbedaan jumlah lemak yang telah disimpan oleh tubuh. Perbedaan tersebut akan menjadikan komposisi tubuh atau frame size ternak berbeda (Field dan Taylor, 2002).
Ukuran-ukuran linear tubuh merupakan suatu ukuran dari bagian tubuh ternak yang pertambahannya satu sama lain saling berhubungan secara linear. Kadarsih (2003) menyatakan bahwa ukuran linear tubuh yang dapat dipakai dalam memprediksi produktivitas sapi antara lain panjang badan, tinggi badan, lingkar dada. Ukuran linear tubuh menurut Minish dan Fox (1979) dapat mengidentifikasi pola atau tingkat kedewasaan fisiologis ternak sehingga dapat dijadikan parameter penduga bobot badan ternak. Penentuan frame size menurut Field dan Taylor (2002) dapat ditentukan berdasarkan nilai parameter tubuh ternak tersebut.
2.2 Persyaratan Mutu
            1. Persyaratan Umum
Berasal dari pembibitan yang sesuai dengan pedoman pembibitan sapi potong yang baik; sehat dan bebas dari penyakit hewan menular yang dinyatakan oleh pejabat berwenang; bebas dari segala penyakit; sapi bibit betina bebas cacat alat reproduksi, tidak memiliki ambing abnormal dan tidak menunjukkan gejala kemajiran; sapi bibit jantan bebas dari cacat alat kelamin dan memiliki kualitas dan kuantitas semen yang baik serta tidak mempunyai silsilah keturunan yang cacat secara genetik.
            2. Persyaratan Khusus
*                                 Persyaratan Kualitatif
Warna bulu putih; abu-abu, kipas ekor (bulu cambuk ekor) dan bulu sekitar mata berwarna hitam; badan besar, gelambir longgar bergantung, punuk besar dan leher pendek; tanduk pendek.
*      Persyaratan Kuantitatif
Persyaratan kuantitatif sapi bibit PO betina :
No
Umur
(bulan)
Parameter
Kelas I
Kelas II
Kelas III
1
18-<24
Lingkar dada minimum
143
137
135
Tinggi pundak minimum
116
113
111
Panjang badan minimum
123
117
115
2
≥36
Lingkar dada minimum
153
139
134
Tinggi pundak minimum
126
121
119
Panjang badan minimum
135
127
125
Persyaratan kuantitatif sapi bibit PO jantan :
No
Umur
(bulan)
Parameter
Kelas I
Kelas II
Kelas III
1
24-<36
Lingkar dada minimum
143
137
135
Tinggi pundak minimum
116
113
111
Panjang badan minimum
123
117
115
2
≥36
Lingkar dada minimum
153
139
134
Tinggi pundak minimum
126
121
119
Panjang badan minimum
135
127
125

2.3 Umur
Dilakukan dua cara yaitu berdasarkan catatan atau berdasarkan pergantian gigi seri permanen. Cara penentuan umur berdasarkan gigi seri permanen seperti terlihat :
No
Istilah
Gigi seri permanen
Taksiran umur (tahun)
1
Po-el 1
1 pasang
1 ½ - 2
2
Po-el 2
2 pasang
Di atas 2-3
3
Po-el 3
3 pasang
Di atas 3-3 ½

Umur ternak dalam pemeliharaan mempunyai peran yang penting, karena melalui umur peternak dapat mengetahui kapan ternak dapat dikawinkan maupun digemukkan. Cara yang paling tepat untuk mengetahui umur ternak adalah dengan melihat catatan produksi atau dari kartu recording ternak yang bersangkutan. Namun, di Indonesia percatatan merupakan hal yang belum biasa dilakukan peternak. Apabila tidak terdapat kartu recordinng, umur ternak dapat diperkirakan dengan mengamati pergantian giginya, karena pergantian gigi waktunya relatif teratur.
Untuk menduga umur ternak berdasarkan gigi geligi terlebih dahulu harus diketahui keadaan giginya. Jumlah gigi sapi adalah 32 buah (12 buah pada rahang atas dan 20 buah pada rahang bawah). Pada rahang atas tidak terdapat ggi seri dan gigi taring tetapi hanya terdapat 6 buah gigi geraham tetap dan 6 buah gigi geraham berganti, tetapi tidak terdapat gigi taring. Dalam menduga umur ternak sapi, pergantian gigi seri susu menjadi gigi seri tetap serta keausannya dapat dijadikan patokan utama.

2.4 Pendugaan bobot badan (BB) berdasarkan ukuran tubuh
Penimbangan adalah cara terbaik dalam menentukan bobot badan ternak. Namun bobot badan ternak dapat diduga dengan mengukur tubuh ternak. Ukuran-ukuran tubuh ternak yang dapat digunakan untuk menduga bobot badan adalah lingkar dada, tinggi pundak, panjang badan, dalam dada, serta tinggi dan lebar kemudi. Akan tetapi yang paling sering digunakan yaitu lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak :
a.       Lingkar dada
Dilakukan dengan cara melingkarkan pita ukur pada bagian di belakang bahu yang dinyatakan dengan cm.
b.      Tinggi pundak
Dilakukan dengan mengukur jarak tegak lurus dari tanah sampai dengan puncak gumba di belakang punuk, dinyatakan dalam cm, menggunakan alat ukur yang sudah ditera.
c.       Panjang badan
Dilakukan dengan mengukur jarak dari bongkol bahu/scapula sampai ujung panggul (procesus spinus) dinyatakan dalam cm.
Rumus
1.      Rumus menurut schoorl di belanda
(LD+22)2/ 100 = BB kg
2.      Rumus denmark
(LD+18)2/100 = BB kg
3.      Rumus winter
LD2xLD2/300 = BB pounds
Keterangan :
LD = Lingkar dada
PB = Panjang Badan
BB = Bobot Badan






























BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Indikator penilaian produktivitas ternak dapat dilihat berdasarkan parameter tubuh ternak tersebut. Ternak berasal dari pembibitan yang sesuai dengan pedoman pembibitan sapi potong yang baik; sehat dan bebas dari penyakit hewan menular yang dinyatakan oleh pejabat berwenang; bebas dari segala penyakit; sapi bibit betina bebas cacat alat reproduksi, tidak memiliki ambing abnormal dan tidak menunjukkan gejala kemajiran; sapi bibit jantan bebas dari cacat alat kelamin dan memiliki kualitas dan kuantitas semen yang baik serta tidak mempunyai silsilah keturunan yang cacat secara genetik.
Untuk menduga umur ternak berdasarkan gigi geligi terlebih dahulu harus diketahui keadaan giginya. Jumlah gigi sapi adalah 32 buah (12 buah pada rahang atas dan 20 buah pada rahang bawah). Pada rahang atas tidak terdapat ggi seri dan gigi taring tetapi hanya terdapat 6 buah gigi geraham tetap dan 6 buah gigi geraham berganti, tetapi tidak terdapat gigi taring. Dalam menduga umur ternak sapi, pergantian gigi seri susu menjadi gigi seri tetap serta keausannya dapat dijadikan patokan utama.
Ukuran-ukuran tubuh ternak yang dapat digunakan untuk menduga bobot badan adalah lingkar dada, tinggi pundak, panjang badan, dalam dada, serta tinggi dan lebar kemudi. Akan tetapi yang paling sering digunakan yaitu lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak :
a.       Lingkar dada
Dilakukan dengan cara melingkarkan pita ukur pada bagian di belakang bahu yang dinyatakan dengan cm.
b.      Tinggi pundak
Dilakukan dengan mengukur jarak tegak lurus dari tanah sampai dengan puncak gumba di belakang punuk, dinyatakan dalam cm, menggunakan alat ukur yang sudah ditera.
c.       Panjang badan
Dilakukan dengan mengukur jarak dari bongkol bahu/scapula sampai ujung panggul (procesus spinus) dinyatakan dalam cm.





DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.2010. Petunjuk Praktis Pengukuran Ternak Potong. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian NTB.
BSN (badan standarisasi nasional). 2008. Bibit sapi peranakan ongole (PO). SNI.
Muhibbah,V. 2007. Parameter Tubuh Dan Sifat-Sifat Karkas Sapi Potong Pada Kondisi Tubuh Yang Berbeda. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Purnomoadi,A. 2003. ILMU TERNAK POTONG DAN KERJA. Fakultas peternakan. Universitas Diponegoro.



1 komentar:

  1. wow teruskan ukhty jamilah...
    insaallah kamu kan suksess ....
    amien

    BalasHapus