Minggu, 17 Maret 2013



LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
ILMU BAHAN PAKAN




 











Oleh:
Aulia Meilani
D1E011005
Kelompok 10







LABORATORIUM ILMU BAHAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2012
LEMBAR PENGESAHAN
ILMU BAHAN PAKAN





Oleh:
Aulia Meilani
D1E011005
Kelompok 10



Diterima dan disetujui
Pada tanggal………..










Koordinator Asisten



Dudung
NIM. D1E009043
Asisten Pendamping



Luthfita Dwi A
NIM. D1E010228
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
ILMU BAHAN PAKAN







Oleh:
Aulia Meilani
D1E011005
Kelompok 10



Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kurikuler
Pada Praktikum Mata Kuliah Ilmu Bahan Pakan
Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman










LABORATORIUM ILMU BAHAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2012

KATA PENGANTAR

                Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan curahan nikmat dan karunia-Nya sehingga penyusuna laporan akhir ilmu bahan pakan dapat diselesaikan.
            Laporan akhir ini dibuat sebagai pengetahuan mahasiswa tentang praktikum yang telah dilaksanakan tanggal 11-13 oktober 2012. Sehingga dengan laporan ini mahasiswa telah mengerti apa yang dilakukannya pada saat praktikum dan mendapatkan pengetahuan tentang ilmu bahan pakan. Dan didalamnya membahas nomenklatur, alat-alat laboratorium, pengujian fisik, dan analisis proksimat.
            Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1.    Dosen Ilmu Bahan Pakan, Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman, yang telah memberikan kepercayaan nutuk melakukan praktikum.
2.    Kepala Laboratorium Ilmu Bahan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto, yang telah memberikan fasilitas.
3.    Semua pihak yang telah yang membantu terlaksananya penulisan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa isi laporan ini tentu masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap kepada dosen maupun mahasiswa untuk memberikan saran atau masukan demi penyempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini bermanfaat. Terima kasih.




Purwokerto, November 2012


Penulis



DAFTAR ISI

      Halaman
KATA PENGANTAR............................................ ..................................             
DAFTAR ISI..............................................................................................              
I.    PENDAHULUAN...............................................................................             1
      1.1.  Latar Belakang ....................................................................................             1
      1.2.  Waktu dan Tempat .............................................................................             2
      II.   TUJUAN DAN MANFAAT.............................................................             3
2.2.  Tujuan .................................................................................................             3
2.2.  Manfaat ...............................................................................................             3
III.   TINJAUAN PUSTAKA...................................................................             4
3.1.  Nomenklatur Bahan Pakan dan Pengenalan Alat ...............................             4
3.2.  Uji Fisik Bahan Pakan ........................................................................             5
3.3.  Analisis Proxsimat ..............................................................................             5
3.4.  Free Fatty Acid ...................................................................................             6
3.5.  Gross Energi .......................................................................................             6
IV.  MATERI DAN CARA KERJA.......................................................             8
4.1.  Materi ..................................................................................................             8
4.1.1. Nomenklatur Bahan Pakan dan Pengenalan Alat .............................             9
4.1.2. Uji Fisik Bahan Pakan ......................................................................             9
4.1.3. Analisis Proxsimat ............................................................................             9
4.1.4. Free Fatty Acid .................................................................................           10
4.1.5. Gross Energi .....................................................................................           10
4.2.  Cara Kerja ...........................................................................................           10
4.2.1. Nomenklatur Bahan Pakan dan Pengenalan Alat .............................           10
4.2.2. Uji Fisik Bahan Pakan ......................................................................           10
4.2.3. Analisis Proxsimat ............................................................................           11
4.2.4. Free Fatty Acid .................................................................................           14
4.2.5. Gross Energi .....................................................................................           15
V.  HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................           18
5.1.  Hasil ....................................................................................................           18
5.1.1. Nomenklatur Bahan Pakan dan Pengenalan Alat .............................           18
5.1.2. Uji Fisik Bahan Pakan ......................................................................           25
5.1.3. Analisis Proxsimat ............................................................................           27
5.1.4. Free Fatty Acid .................................................................................           29
5.1.5. Gross Energi .....................................................................................           30
5.2.  Pembahasan ........................................................................................           32
5.2.1. Nomenklatur Bahan Pakan dan Pengenalan Alat .............................           33
5.2.2. Uji Fisik Bahan Pakan ......................................................................           34
5.2.3. Analisis Proxsimat ............................................................................           37
5.2.4. Free Fatty Acid .................................................................................           39
5.2.5. Gross Energi .....................................................................................           40

VI.   KESIMPULAN.................................................................................           41
6.1.  Kesimpulan .........................................................................................           41
6.2.  Saran ...................................................................................................           41
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................              



I.       PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Bahan pakan adalah bahan yang mengandung nutrisi atau energi yang dapat dicerna seluruhnya. Pemberian nama atau nomenklatur bahan pakan ternak sangat penting yaitu menghindari kesamaan antara jenis bahan pakan ternak yang satu dengan yang lainnya. Namun hal tersebut meliputi keterangan  tentang proses yang dikerjakan oleh perusahaan atau pabrik pakan ternak yang memuat tanggung jawab kualitas. Nama bahan pakan tersebut biasanya  nama umum atau nama dagang.
Agar dapat menganalisa suatu bahan pakan tentu saja diperlukan seperangkat alat-alat kimia. Kita harus mengetahui cara-cara pokok dalam perlakuan umum yang sering dijumpai dalam laboratorium antara lain mengenai alat-alat dan cara penggunaanya, agar memperoleh hasil analisa yang benar, sehingga tidak terjadi kesalahan analisa yang tidak diinginkan.
              Pemberian pakan dalam ternak bisa dalam bentuk hijauan maupun konsentrat.Hijauan dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan yang terdapat beberapa hijauan limbah pertanianyaitu kelompok hijauan jerami, serelia, jerami tanaman kacang-kacangan dalam hijauan umbi-umbian.Hijauan serelia umumnya memiliki nilai kecernaan yang baik. Konsentarat didapat baik dari butiran/sereal,pengolahan hasil pertanian maupun produkolahan sisa atau  limbah baik dari hewan ternak maupun hewan laut yang digunakan sebagai sumber energi, protein dan mineral.
Bahan pakan yang digunakan untuk pakan ternak sangat dipengaruhi oleh kecernaan bahan pakan. Bahan pakan mempunyai kondisi fisik yang berbeda sehingga dalam penangannya perlu mengetahui kualitas bahan paka secara fisik maka dilakukan uji fisik. Uji ini sangat penting dilakukan guna mencegah penggunaan pakn yang berbahaya bagi ternak. Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui sifat-sifat fisik untuk mempermudah dalam pengolahan agar terjaga secara homogen dan stabilitas saat pencampuran.
Metode yang digunakan untuk mengetahui kualitas pakan adalah sudut tumpukan adalah sudut yang dibentuk oleh pakan yang diarahkan pada dinding datar, tujuannya untuk mengetahui sudut yang dibentuk oleh pakan. Uji fisik lainnya adalah daya ambang, semakin berat maka semakin cepat bahan pakan yang menempuh jarak tertentu. Luas permukaan spesifik (LPS) digunakan untuk mengetahui luas lpermukaan tertentu pula. Sedangkan berat jenis merupakan perbandingan antara berat bahan dengan ruang yang ditempati  oleh bahan tersebut.
Untuk mengetahui kandungan zat gizi pada suatu bahan pakan, maka diadakan suatu analisis proksimat dan penetapan kadar asam lemak bebas (FFA) serta penetapan energi bruto (Gross Energy). Dinamakan analisis proksimat karena metode ini merupakan metode yang terdekat dalam menggambarkan komposisi zat gizi dari suatu bahan pakan.
Menurut analisis proksimat zat-zat gizi suatu bahan pakan dapat dikelompokkan sebagai berikut; bahan pakan terdiri atas air, bahan kering, bahan organik tanpa N (BOTN), karbohidrat dan BETN, dimana dengan suatu proses secara fisik atau kimia bahan kering menjadi mineral/abu, bahan organik menjadi protein, bahan organik tanpa N menjadi lemak, karbohidrat menjadi serat kasar. Sedangkan cara penetapan kadar lemak bebas ditentukan sebagai kandungan asam lemak yang terdapat paling banyak dalam minyak tertentu.
Asam lemak bebas atau disebut FFA ditentukan sebagai kandungan asam lemak yang terdapat paling banyak dalam minyak tertentu. Lemak dalam tubuh terbentuk dari glukosa yang dihasilkan dari penghancuran karbohidrat dalam alat pencernaan : gula, pati, serat kasar. Ketiganya akan mengubah glukosa menjadi lemak dalam jaringan tubuh. Fungsinya sebagai sumber energi dan pelarut vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K.
Energi total atau gross energy makanan adalah jumlah energy kimia dalam makanan. Energy ini ditentukan dengan mengubah energy kimia menjadi energy panas dan diukur jumlah panas yang dihasilkan. Konversinya dijalankan dengan membakar sampel pakan dngan mengukur panas yang etrjadi. Panas ini diketahui sebagai energy total atau panas pembakaran dari makanan.
Analisis kadar energy adalah usaha untuk mengetahui kadar energy bahan pakan, sehingga diperoleh haisl-hasil oksidasiyang berupa karbon dioksida air dan gas lainnya. Untuk mengukur panas yang ditimbulkan oleh panas pembakaran digunakan suatu alat bom kalorimeter. Penentuan energy bruto menentukan jumlah energy kalori dalam bahan baku pakan yang dianalisis.

1.2.      Waktu dan Tempat
Praktikum Ilmu Bahan Pakan dilaksanakan pada hari Kamis – sabtu , pada tanggal 12 – 14 Oktober 2012 pukul 15.00 WIB s.d. selesai, di Laboratorium Ilmu Bahan Makanan Ternak Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman.
















II.                TUJUAN DAN MANFAAT
2.1.   Tujuan :
1.        Mengetahui jenis dan kegunaan dari berbagai alat dari analisis bahan pakan
2.        Mengetahui berbagai bahan pakan ternak dan komposisinya
3.        Mengerti cara pemberian nomenklatur bahan pakan
4.        Mengetahui macam-macam alat beserta fungsinya
5.        Mengetahui cara uji fisik dan sifat – sifat fisik dari suatu bahan pakan
6.        Mengetahui nilai uji fisik yang di amati
7.        Mengetahui sifat fisik bahan pakan
8.        Mengetahui kandungan serat kasar, protein kasar, lemak kasar, kadar air, kadar abu, dengan menggunakan metode analisis proksimat
9.        Mengetahui dan menentukan kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam suatu bahan pakan
10.    Mengetahui prosedur FFA
11.    Mengetahui asam lemak yang terkandung dalam suatu bahan pakan
12.    Mengetahui prosedur pengukuran GE
13.    Menentukan besarnya GE dari suatu bahan pakan

2.2.   Manfaat :
1.        Dapat mengerti dan memberikan kepastian nama sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemberian nama
2.        Dapat menggunakan alat laboratorium sesuai fungsi dan kegunaannya
3.        Dapat memahami sifat – sifat dari bahan pakan, sehinngga mempermudah dalam pengangkutan, pengolahan dan homogenitas dan stabilitas saat pencampuran.
4.        Dapat mengetahui zat makanan dan zat gizi yang terkandung dalam suatu bahan makanan ternak
5.        Dapat menerapkan analisis proksimat dalam suatu bahan pakan
6.        Dapat melakukan prosedur uji FFA
7.        Mengetahui kandungan FFA suatu bahan pakan
8.        Mengetahui dan tahu cara pengukuran GE
9.        Mengetahui GE yang dihasilkan oleh suatu bahan pakan 

























III.             TINJAUAN PUSTAKA
3.1.   Nomenklatur Bahan Pakan dan Pengenalan Alat
Pengenalan sifat dan jenis bahan kimia akan memudahkan dalam cara penanganannya. Pengetahuan tentang nama dan alat kegunaan alat dan bagaimana cara penggunaannya sangat penting. Misalnya alat – alat harus diperiksa sebelum digunakan. (Budi marwanti, 2010)
Dengan diketahuinya bahan dasar dan suatu alat kita dapat menentukan atau mempertimbangkan cara penyimpananannya. Alat yang terbuat dari logam tentunya harus dipisahkan dari alat yang terbuat dari gelas atau porselen. ( Purwanthy widhy, 2009)
Pakan ternak merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha pemeliharaan ternak, keberhasilan maupun kegagalan usaha ternak banyak ditentukan oleh pakan yang diberikan. ( Nurul agustini, 2010)
Bahan pakan terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan organik yang terkandung dalam bahan pakan anatara lain protein ternak, lemak kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen sedang bahan organik yang di maksud seperti calsium, phospor, magnesium, kalium, natrium, dan lain sebagainya. ( Ruhyat kartasudjana, 2001) 
3.2   Uji Fisik
Luas permukaan spesifik merupakan berat tertentu suatu bahan pakan yang mempunyai luas permukaan bahan pakan yang tertentu pula. Peran luas permukaan spesifik adalah untuk mengetahui tingkat kehalusan bahan pakan tanpa diketahui distribusi ukuran partikel secara keseluruhan (Sutardi, 2001).
Bahan makanan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan oleh ternak. Secara umum tidak semua komponen dalam bahan makanan ternak tersebut dapat dicerna oleh ternak. Fungsi dari daya ambang itu sendiri adalah untuk memperkirakan posisi bahan pakan dalam saluran pencernaan khususnya didalam rumen (Tillman, 1986).
Sudut tumpukan yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan bidang datar bahan pakan yang dicurahkan membentuk garis dalam dengan bidang horizontal. Sudut tumpukan berfungsi untuk menentukan kemampuan menyalir suatu bahan dan efisiensi pengangkutan secara mekanik (Blakely, 1991)
Berat jenis adalah perbandingan antara berat bahan pakan dengan volume ruang yang ditempati oleh suatu pakan, berat jenis mempengaruhi kerapatan tumpukan dengan daya ambang homogenitas dan stabilitas kerapatan (Dania , 2004)


3.3. Analisis Proksimat
Pertambahan bobot badan yang optimal dicapai bila konsumsi pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ternak dan terjadi pada fase pertumbuhan. Bahan kering (BK)  dan total  disgestible nutrients (TDN) merupakan nutrisi yang penting dalam penyusunan ransum pada ternak ruminansia. Bahan kering berfungsi sebagai pengisi lambung dan perangsang dinding saluran pencernaan untuk menggiatkan pembentukan enzim. Protein berfungsi sebagai zat pembangun dan pengganti sel yang rusak. (Rudy hartono, 2008)
Analisis proksimat ditentukan sekitar 100 tahun yang lalu oleh dua ilmuwan Henneberg dan Stohmann. Metode ini tidak menguraikan kandungan nutrien secara rinci namun berupa nilai perkiraan sehingga disebut analisis proksimat.
Metode proksimat menggambarkan bahwa analisis dapat dilakukan terhadap kadar air, abu, lemak, atau ether ekstrak, nitrogen total, dan kadar serat. Komponen bahan ekstrak tanap nitrogen adalah hasil pengurangan bahan kering dengan komponen, abu, lemak, nitrogen total, dan serat. Komponen lemak, protein kasar dan serat kasar. Metode analisis proksimat menghasilkan komponen nutrien yang masih campuran. (Hernawati, 2004)   
3.4. FFA
FFA (Free Fatty Acid) atau asam lemak bebas adalah asam lemak yang tidak bergabung dengan gliserol lemak yang kadar asam lemak bebasnya tinggi akibat hidrolisis tidak berarti rendah nilai gizinya. Asam lemak bebas tidak menurunkan fungsi antioksidasi karena antioksidasi tersebut melindungi lemak sama halnya seperti melindungi asam-asamnya (Anggorodi, 1986).
Lemak tubuh terbentuk dari glukosa yang dihasilkan dari penghancur karbohidrat dalam alat pencernaan. Gula pati, dan serat kasar akan mengubah glukosa yang dihasilkan dan penghancuran menjadi lemak dalam jaringan tubuh. (AAK,1980)
Asam lemak hanya terdapat hanya lemak tetapi merupakan zat antara metabolisme, karbohidrat, lemak dan protein. Lemak memiliki titik cair yang berbeda-beda yang merupakan benda padat pada suhu kamar. (Lubis, 1993)
3.5. Gross Energy
Energy bruto adalah banyaknya (panas diukur dalam sel) yang lepas kalau suatu zat oksidasi secara sempurna dalam suatu bom kalorimeteryang mengandung 25,30 dalam atm oksigen. Bom calorimeter digunakan untuk menentukan energy total dalam sampel makanan. (Tillman,1986)
Analisis kadar energi adalah usaha untuk mengetahui kadar energi bahan baku pakan dengan cara membakar bahan baku pakan. Untuk mengatur panas yang ditimbulkan oleh pembakaran digunakan suatu alat bom kalorimeter. Penentuan energi bruto menentukan jumlah energi kalori dalam bahan baku pakan yang dianalisis (Murtidjo, 1990).
Energi bruto bahan pakan ditentukan dengan membakar sejumlah bahan tersebut sehingga diperoleh hasil – hasil oksidasi yang berupa CO2, air, dan gas – gas lainnya.Bom kalorimeter digunakan untuk tujuan mengukur panas yang di timbulkan oleh pembakaran tersebut. (Anggorodi, 1979)






IV.    MATERI DAN CARA KERJA
4.1     Materi
4.1.1 Pengenalan Alat dan Nomenklatur Bahan Pakan
4.1.1.1 Nomenklatur Bahan Pakan
4.1.1.1.1 Hijauan Pakan
                                       Hijauan pakan yang di gunakan yaitu daun nangka, gamal, waru, dadap, daun pisang, daun singkong, murbey, kaliandra, lamtoro, pepaya, rumput benggala, jerami padi, jagung, rumput raja, rumput gajah, setaria ancep, setaria lampung.
4.1.1.1.2 Konsentrat pakan
                                       Konsentrat pakan yang di gunakan yaitu jagung, bungkil kelapa, jagung merah, onggok, bungkil kedelai, tepung udang, milet, bekatul tepung kerabang telur, tepung tulang ikan dan sirip, tepung ikan, molases, tepung limbah soun, tepung kerang, tepung cangkang keong, premix, tetra-chlor, pollard, tepung jagung, tepung kulit udang, tepung kedelai, tepung tulang ayam, phospat alam, kapur dolomit, urea, dan neobro.
4.1.1.2. Pengenalan Alat
                        Alat – alat yang di amati yaitu autoclaf, oven 1, bom kalorimeter, tabung oksigen, destruktor, destilator, kompor listrik, tabung kondensor, waterbath, oven 2, tanur, desikator, timbangan analitik, cawan porselin, tabung erlenmeyer, labu kjehdahl, gelas ukur, labu godok, becker glass, soklet, sudut tumpukan, tabung reaksi, cawan petri, neraca ohaus, baket, pipet ukur, pipet seukuran, filler, tang penjepit, spatula.
4.1.2 Uji Fisik
4.1.2.1 Berat Jenis
             Alat dan bahan yang digunakan yaitu sampel bekatul, gelas ukur 100ml dan timbangan.
4.1.2.2 Luas Permukaan Spesifik
                         Alat dan bahan yang digunakan yaitu kertas milimeter blok, sampel bekatul 1gr, balpoint dan timbangan analitik.

4.1.2.3. Daya Ambang
  Alat dan bahan yang digunakan yaitu sampel bekatul 1gr, stopwatch, nampan dan timbangan analitik.

4.1.2.4. Sudut Tumpukan
        Alat dan bahan yang digunakan yaitu sampel bekatul 200gr, mistar siku-siku, corong, besi penyangga dan timbangan analitik.
4.1.3 Analisis Proksimat
4.1.3.1 Kadar Air
     Alat dan bahan yang di gunakan yaitu cawan porselin, desikator, oven, timbangan analitik, tang penjepit, sampel bekatul 2 gr.

4.1.3.2 Kadar Abu dan Kadar Bahan Organik
     Alat dan bahan yang digunakan cawan porselin, desikator, oven, timbangan analitik, tang penjepit, sampel bekatul 2 gr.

4.1.3.3 Protein Kasar
                        Alat dan bahan yang digunakan yaitu labu kjehdahl, erlenmeyer, pipet 10 ml, kompor listrik, timbangan, H2SO4 pekat, katalisator , NaOH 40 %, HCl 0,1 N, asam borat, indikator methly red , sampel bekatul 0,1 gr.

4.1.3.4 Serat Kasar
         Alat dan bahan yang digunakan yaitu labu erlenmeyer 250 ml, cawan porselin, kertas saring wathman, corong, pendingin, desikator, oven, tanur, tang penjepit, timbangan analitik, kompor listrik, sampel bekatul 1 gr.

4.1.3.5 Lemak Kasar
        Alat dan bahan yang digunakan yaitu alat ekstraksi sokhlet ,labu penampung, alat pendingin, oven, timbanngan analitik, water bath, desikator, sampel bekatul 1gr, ethyl ether.

4.1.4 Asam Lemak Bebas (FFA)
Alat dan bahan yang digunakan yaitu erlenmeyer, buret, pipet tetes, pemanas, sampel bekatul 7.05 gr, Alkohol, indikator phenolephtalin (PP), NaOH 0,1 N.

4.1.5 Gross Energy
 Alat dan bahan yang digunakan yaitu bom kalorimeter, asam benzoat standar dengan kalori 6320 / gr, ignition wire, tabung oksigen, tangki air, sampel bekatul 0,5 gr.

4.2 Cara Kerja
4.2.1 Nomenklatur Bahan Pakan dan Pengenalan Alat
4.2.1.1 Nomenklatur Bahan Pakan
                            Masing-masing bahan diamati dengan seksama

             Dicatat nama ilmiah dan keterangannya

                         Di ambil gambar (di foto)
4.2.1.2 Pengenalan Alat
                            Alat-alat yang akan digunakan diamati

                                                Dicatat fungsinya

                                                       Diambil gambar (difoto)
4.2.3 Uji Fisik
4.2.3.1 Berat Jenis
                                  Ditimbang gelas ukur

                                    Diketahui berat corong gelas ukur

                                                Disiapkan sampel bekatul

                               Dimasukkan gelas ukur sampai volume 100 ml
4.2.3.2 Luas Permukaan Spesifik

Timbang sampel 1 gram

Sampel diratakan pada kertas millimeter blok

  Diukur luas sampel


4.2.3.3 Daya Ambang
Sampel 1 gram ditimbang
 

                                     Nampan dan stopwatch disiapkan
 


                               Bahan dijatuhkan dengan ketinggian 1m


Catat waktu tempuh bahan hingga jatuh pada nampan

4.2.3.4 Sudut Tumpukan
                                                Disiapkan bahan dan alat
                                               
                                         Corong dipasang pada besi penyangga

                                               Timbang sampel sebanyak 200 gr

Tuangkan sampel pada corong
 

Diameter dan tinggi diukur
4.2.4 Analisis Proksimat
4.2.4.1 Kadar Air
                                                Cawan ditimbang
 

Dioven 1 jam pada suhu 105º C

                                      Didesikator (15 menit)

Sampel ditimbang 2gr (x)

Dioven 105º C 12 jam

Didesikator

                                                         Ditimbang
4.2.4.2 Kadar Abu
Cawan Porselin berisi BK

Di tanur 6000C selama 4-12 jam
 

       Didinginkan

Didesikator
Sampel ditimbang
4.2.4.3 Protein Kasar
                                     Sampel ditimbang 0,1 gr (x)

Dimasukkan ke dalam labu Kjeidhal

                         Dimasukkan 3 gr katalisator dan 1,5 ml H2SO4

                               Didestruksi dalam destruktor

                              Didinginkan sampai suhu kamar

                        Disiapkan alat destilasi dan kompor listrik

Hasil destruksi di tuang ke alat destilasi

                                    Dicuci dengan aquades

Erlenmeyer 125 ml diisi dengan 10 ml asam borat 2,3 %  dan 1 tetes indikator methyl red

   Dipasang alat penyuling

  Ditambahkan 10 ml NaOH 40 % ke dalam corong atas destilator

                        Diakhiri apabila cairan mencapai 60 ml
           
Hasil destilasi dititrasi dengan HCl 0,1 N

                                    Sampai terjadi perubahan warna

4.2.4.4 Serat Kasar
                Sampel 1 gram (x)
 


                             Dimasukkan dalam Erlenmeyer

                            Tambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N
 


Ditambah 25 ml NaOH 1,5 dididihkan ± 30 menit
 



Disaring dengan kertas saring whatman


              Cuci dengan H2O panas, H2SO4 0,3 N, H2O panas dan acetone
                                                        

                              Desikator dan ditimbang (z)
Tanur 600  sampai warna putih
Didesikator dan timbang
4.2.4.5 Lemak Kasar
                       Sampel 1 gram

Dibungkus kertas saring dan diikat
                                                           
                                     Di oven 8-14  jam suhu 1050C

  Di desikator
 

Ditimbang (y)

Dimasukkan ke dalam alat soxhlet

Ekstraksi  4-16 jam

Angin - anginkan
 

Di oven 105 8-14 jam

Didesikator

Ditimbang (z)
4.2.5 Free Fatty Acid
            Ditimbang  sampel 7.05 ± 0,1 N gr dalam erlenmeyer

       Ditambahkan 50 ml alkohol netral panas dan 2 tetes indikator PP
 

                                 Dititrasi dengan larutan 0,1 NaOH

Berhenti sampai warna merah jambu tercapai
4.2.3 Gross Energy
                                          Kertas saring di oven ± 1 jam
 

                                          Didesikator 10 menit

                                                Ditimbang
 

Ditambah sampel 0,5 gr

                                                        Dibungkus
 

                                             Diikat dengan kawat energi
 

                                              Diikatkan ke bomb

                                                  Dimasukkan ke bomb
 

                                                Ditutup rapat

                                                  Diisi oksigen
 

                                           Dimasukkan ke Bucket
 

                                      Anoda dan Katoda dipasang

                                                 Jaket ditutup
 

                                 2 tombol merah dinyalakan
 

                                       Termometer dipasang
 

                                               Dicatat suhu awal

                                    Ditunggu sampai ada bunyi

                                               Dicatat suhu ke-2
                                                    
Tombol combustion ditekan

Ditunggu bunyi kembali

                                                   Suhu di catat
Diulang sampai 10 kali
 

                                                 Bomb dilepas dan Dibuka

                                          Di cuci dengan aquades
 

                                            Sisa kawat diukur

                                         Air cuci diukur volumenya
 

                                                   Di ambil 10 ml
                                                  
                                                   Di tetesi

                           Dilihat warnanya dan Dihitung energinya

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.      Hasil
5.1.1.     Nomenklatur Bahan Pakan dan Pengenalan Alat
1.       Nomenklatur Bahan Pakan
a.       Tabel Bahan Pakan Konsentrat
No
Nama
Gambar
Asal
Bagian
Proses
Sumber
1.
Jagung
Jagung
Biji jagung
Dipipil ,
digiling
Energi
2.
Onggok
Singkong
Limbah singkong
Dikeringkan
Energi

3.
Milet
Milet
Biji milet
Dipipil
Energi

4.
Bungkil kelapa
Kelapa
Daging kelapa
Sisa pembuatan minyak
Protein
5.
Bungkil kedelai
Kedelai
Biji kedelai
Dikeringkan
Protein
6.
Bekatul
Padi
Kulit padi
Dikeringkan, digiling
Energi
7.
Jagung merah
Jagung merah
Biji jagung
Dipipil Dikeringkan
Energi
8.
Tepung udang
Udang
Utuh
Dikeringkan, digiling
Protein


9.
Tepung kerabang telur
Telur
Kerabang
Dikeringkan, digiling
Mineral
10.
Tepung tulang ikan dan sirip
Ikan
Tulang dan sirip
Dikeringkan, digiling
Mineral
11.
Tepung ikan
Ikan
Utuh
Dikeringkan, digiling
Protein


12.
Molases
Tebu
Tetes tebu
Pengambilan endapan
Energi
13.
Pollard
Gandum
Sisa kulit gandum
Dikeringkan, Digiling
Energi l
14.
Tepung jagung
Jagung
Biji jagung
dikeringkan, digiling
Energi


15.
Kapur
Batuan alam
Batuan alam
Dihaluskan
Mineral


17
Tetra chlor
HCl, tetracyline
Potassium , cholide, soduim
-
Mineral


18
Neobro
Vit, ADEK
Calsium, zine
-
Mineral



b. Tabel Bahan Pakan Hijauan           
No
Nama
Gambar
Bagian
Defoliasi
Sumber
1.
Daun Pisang
(Musa parasidiaca)
Daun
Dewasa
SK dan Karbohidrat
2.
Daun Singkong
(Manihot utilisima)
Daun
2-3 bulan
Serat
Karbohidrat
3.
Daun Kaliandra (Caliandra calotarsus)
Daun
Dewasa
Karbohidrat
4.
Rumput Gajah
(Penisetum purpureum)
Daun
Kemarau=60hr
hujan= 45hr
Serat
Karbohidrat
5.
Daun Gamal (Eritrina litospermae)
Daun
Ranting
3 bulan
Protein
6.
Daun Lamtoro
(Leucaena glauca)
Daun
Dewasa
Protein
7.
Daun Waru
(Hibiscus hiliateus)
Daun
dewasa
Serat Kasar
8.
Daun Dadap
(Erithrina litospermae)
Daun
Dewasa
Serat Kasar
9.
Rumput Raja
(Penisetum purpuroides)
Bag. aerial
Kemarau=60hr
Hujan=45hr
Serat
Karbohidrat
10.
Daun Nangka
(Arthocarpus integra)
Daun
Dewasa
Serat Kasar
Karbohidrat
11.
Murbei
(Morus indica L)
Daun
-
Karbohidrat
12.
Jerami padi (Oryza sativa)
Jerami
-
Energi
13.
Jagung
(Zea mays)
Daun
2-3 bulan
Energi
14.
Pepaya
(Carica papaya)
Daun
-
Karbohidrat

2.       Pengenalan Alat
a.       Tabel Pengenalan Alat
No
Nama
Gambar
Fungsi
1.
Gelas ukur
Menampung larutan dalam bentuk cari + memindahkan larutan
2.
Cawan porselin
Untuk analisis kadar abu, menampung bahan untuk ditanur
3.
Erlenmayer
Untuk mencampur bahan yang telah direaksikan

4.
Beker glass
Untuk mengatur bahan kimia yang berbentuk cair
5.
Labu kjedhal
Untuk analisa protein kasar

6.
Tang penjepit
Untuk menjepit bahan setelah dioven


7.
Pipet ukur
Untuk mengukur larutan yang akan diambil

8.
Spatulla
Untuk pengambilan bahan saat mau ditimbang
9.
Timbangan analitik
Untuk menimbang bahan

10.
Desikator
Untuk menstabilkan suhu

11.
Tanur
Untuk menanur bahan pakan (sampel)

12.
Oven
Untuk mengoven bahan


13.
Destruktor
Untuk menguapkan sampel sampai kering


14.
Watherbath
Untuk memanaskan labu kjedhal dengan uap panas

15.
Kondensor
Sebagai pendingin



16.
Bom kalori metri
Untuk analisis gross energi


18.
Alat titrasi
Untuk mentitrasi bahan
19.
Alat destilasi
Untuk uji protein
20.
Labu didih
Mendinginkan
memanaskan
21.
Sochlet
Ekstraksi lemak
22.
Timbangan Neraca ”Ohaus”
Menimbang
23.
Beker Glass
Mengukur larutan
24.
Filler
Mengambl larutan
25.
Pipet Tetes
Mengambil larutan
26.
Autoclaf
sterilisasi
27.
Kompor listrik
Untuk memanaskan pada FFA
28.
Tabung reaksi
Mereaksikan larutan
29.
Backet
Menyimpan sampel
30.
Pipet seukuran
Mengambil larutan yang telah ditetapkan
31.
Pipet ukur
Untuk mengambil
 larutan

5.1.2.     Uji Fisik
5.1.2.1 Berat Jenis
            Nama bahan                                        : Bekatul
            Bobot gelas ukur awal                                    : 126,1gr (tanpa sampel)
            Bobot gelas ukur + sampel1    : 163,6 gr
Bobot gelas ukur + sampel2    : 162,4 gr

BJ (1)    = Berat  gr/ml
                                               volume       
                                      = (163,6-126,1) gr/ml           
                                                  100
                                      = 0,3375 gr/ml

BJ (2)    = Berat  gr/ml
                                               volume
                                      = (162,4-126,1) gr/ml           
                                                  100
                                   = 0,363 gr/ml 
                                                
                     Rata-rata BJ       =   0,375 + 0,363
                                                                  2
                                                = 0,369 gr/ml

5.1.2.2  Luas Permukaan Spesifik
  1. LPS1= Luas/Berat = 56,25/1,0004 = 56,23 cm/gr
  2. LPS2 = Luas/Berat = 66/1,0019 = 65,87 cm/gr
  3. LPS = (56,23+65,87):2 = 61,05 cm/gr
5.1.2.3       Daya Ambang
            DA                  =   Jarak m/detik
                                             Waktu
             DA (1)                        =   1
                                        0,74
                                 = 1,351 m/detik
DA (2)             =   1
                                       1,46
                                 =  0,684 m/detik
DA               =(1,351+0,684)  
                                             2         
                                 = 1,0175 m/detik

5.1.2.4       Sudut Tumpukan
            tg a = 2t
           d
tg a1 = 2 x 5,8/29 = 0,611
tg a2 = 2 x 0,1/18,3 = 6,606
rata-rata = 33,70 + 31,42/2 = 33,56

5.1.3.     Analisis Proksimat
5.1.3.1 Kadar Air dan Kadar Bahan Kering
             Berat cawan porselin             : 38,4288 gr (x)
             Berat sampel                          : 2,0008 gr (y)
             Berat sampel setelah dioven  :40,1760 gr (z)
  KA1                                                    = x + y- z   x 100 %   
                                                                    y
                                                            = 38,4288 + 2,0008 – 40,1760 x 100 %
                                                                               2,0008
                                                            = 12,67 %                  
                 % BK                                 = 100 % - % KA
                                                            =100% - 12,67%
                                                            = 87,33%
5.1.3.2Kadar Abu
            Berat sampel                                                                           : 2,0008  gr (y)
            Berat cawan                                                                            : 38,4288 gr (x)
            Berat sampel setelah ditanur                                                   :38,7106 gr (z)

            Kadar Abu1              =  z - x      x 100 %        
                                                     y
                                             =  38,7106 – 38,4288 x 100 %
                                                             2,0008
                                             = 14,08 %


5.1.3.3 Protein Kasar
ml titrasi                     : 0,23 ml
Kadar Protein Kasar = ml titrasi x N HCl x 0,014x 6,25       x 100 %
                                                                        x
                                              = 0,23 x 0,1 x 0,014 x 6,25 x 100 %  
                                                                0,1019
                                             = 1,97 %
5.1.3.4  Serat Kasar
Berat sampel                                                               : 1,0014 gr (x)
Berat kertas saring Whatman                                      : 0,6485 gr (a)
Berat sample setelah didesikator                                : 38,1571 gr (y)
Berat sample setelah ditanur                                       : 39,0459 gr(z)
Kadar serat kasar =   y – z – a    x 100 %
                                                  x
                                         = 38,1571 - 39,0459 - 0,6485  x 100 %
                                                             1,0014
                                         = 23,99%
5.1.3.5  Lemak Kasar
Berat Sampel                                                   : 1,0010 gr   (x)
Berat sampel setelah oven ke-1                       : 1,2474 gr (y)
Berat setelah dioven ke-2                               : 1,2133 gr (z)
Kadar Lemak Kasar = Y - Z  x 100%
                                                    X
                            = 1,2474 – 1,2133x 100%
                                        1,0010
                            = 3,4%
5.1.4                    Asam Lemak Bebas (FFA)
         Berat sampel                              : 7,05 gr
         N NaOH                                     : 0,1 gr
         ml NaOH                                    : 1,8 ml
        Berat molekul Asam Lemak       :  278 gr

FFA              : ml NaOH x N x Berat molekul asam lemak  x 100 %
                                                  Berat Sampel x 1000
                                    = 1,8 x 0,1 x 278  x 100 %
                                           7,05 x 1000
                                    = 0,709 = 0,71 %
5.1.5                    Gross Energy
B                = berat sampel = 0,5014                           sisa kawat                    = 3,6 cm
ta                = suhu konstan                                         angka ketetapan          = 5
tc1               = awal pembakaran                                  air cucian                     = 63ml
tc                = akhir pembakaran                                  ml titrasi                      = 0      
Ta               = angka ketetapan                                    berat kertas                  = 0,2375
Tc               = jumlah pembakaran                  
Ec               = vol air cucian x ml titrasi
10
ta1             = 28,32                                           tc-Tc6 = turun
ta2                    = 28,42                                         tc-Tc7 = turun
tc-Tc1         = 28,43                                         tc-Tc8 = turun
tc-Tc2         = 29,32                                         tc-Tc9 = turun
tc-Tc3         = turun                                         tc-Tc10 = turun
tc-Tc4         = 29,76
tc-Tc5         = 29,96

E1             = volume air cucian x ml titrasi
                                 10
                  = 63 x 10 / 0 = 0
E2                    = ( panjang – sisa kawat ) x 2,3
                   = ( 12 - 3,6 ) x 2,3
                   = 19,32
E3               = 0,2375
r1                 = tc1 - ta
                          5
                   = 28,43 – 28,42
                               5
                   = 0,002
Ta               = waktu pembakaran = 5
Tc               = ½ x jumlah pembakaran
                   = ½ x 5 = 2,5
Tb               = 0,6 x ( Ta + Tc )
                   = 0,6 x ( 5 + 2,5 )
                   = 4,5
T                 = ( tc – ta ) – r1 x | Ta – Tb |
                   = (29,96 – 28,42 ) – 0,022 x
                   = 1,539
Hg              = (2423 x T ) – E1 – E2 – E3
                                  BK(%) x Berat sampel
                   = (2423 x 1,539 ) – 019,320,2375
                                                                87,33% x 0,5014
= 3709,9145
                         0,437
            = 8489,506
GE              = Koreksi Benzoat x Hg
            =  0,985 x 8489,506
                   = 8362,163
GE kertas  = 1782,224 x 0,2375
                    = 423,278

GE total     = GE – GE kertas
                   = 8362,163423,278
                   = 7938,885 kkal

5.2. PEMBAHASAN
5.2.1. Nomenklatur bahan pakan dan pengenalan alat
Menurut Sudarmadji (1997), menyatakan bahwa alat-alat yang yang digunakan dalam analisis kimia dan analisis bahan pakan yang disebagian besar baik yang klasik maupun instrumental dari tahap persiapan sampai tahap pengukuran. Sebelum melakukan analisis bahan kimia untuk mengetahui dan mengenal alat-alat yang akan digunakan baik untuk membuat reagen kimia, alat penunjang dan alat utama yang digunakan pada proses eksperimen.Alat-alat yang terbuat dari gelas yang diperkenalkan di dalam praktikum antara lainnya :
1. Tabung Reaksi berfungsi  untuk mereaksikan zat
2. Gelas Ukur berfungsi untuk mengukur volume
3. Labu Erlenmeyer labu gelas untuk menampung larutan (Sudarmadji, 1997).
4. Beker gelas merupakan bejana dari gelas berbentuk silinder bercucuk yang     berguna untuk menampaung larutan atau zat (Sudarmadji, 1997).
5. Desikator alat untuk menyimpan bahan atau supaya tetap kering terutama untuk  bahan-bahan yang higroskopis (Sudarmadji, 1997).
Alat yang terbuat dari porselin yang diperkenalkan dalam praktikum antara lain:
1. Cawan porselin
Untuk penguapan atau pengeringan padatan dalam bentuk tepung (Sudarmadji, 1997).
Hartati (2002), menyatakan bahwa penggunaan alat-alat laboratorium antara lain sebagai alat penimbangan, pengukuran volume cairan, melarutkan zat padat, penyaringan, pemijaran dan pengabuan serta penyaringan. Penimbangan menggunakan timbangan, penyaringan menggunakan kertas saring, dan corong, pengaturan volume cairan menggunakan gelas ukur, pipet ukur, pipet volume, labu ukur dan buret. Pemijaran menggunakan tanur dan cara sederhana pengeringan menggunakan oven.
Marwanti (2011) menambahkan bahwa dalam penyimpanan alat perlu diperhatikan bahwa alat yang terbuat dari logam harus dipisahkan dari alat yang terbuat dari gelas. Setiap alat yang terkombinasi dari logam-kaca, sedapat mungkin dalam penyimpanannya dipisahkan, pada waktu hendak dipakai barulah dipasang atau diset.
Bahan-bahan makanan ternak yang diperkenalkan pada praktikum ini merupakan sumber dari zat gizi antara lain sumber energi, sumber protein dan sumber mineral. Menurut Hartadi (1992), pemberian nama bahan makanan secara internasional meliputi ;
Tahap 1 : Asal mula sumber dari material induk diantaranya ada tiga tipe yaitu tanaman, hewan, mineral dan obat-obatan.
Tahap 2:  Bagian atau part diberikan pada ternak sebagai bahan pakan
Tahap 3:  Prosesing dan perlakuan
Tahap 4:  Tingkat kedewasaan(maturity)
                  Tahap 5:  Fase pemotongan atau defoliasi
Tahap 6:  Grade.
Menurut Murtidjo (1990), bahan baku asal tumbuh-tumbuhan dalam jumlah yang relatif kecil juga mengandung zat mineral yang sangat penting bagi ternak unggas.Pada biji-bijian kadar kalsiumnya lebih rendah dibandingkan dengan bahan baku tepung daun.
Nomenklatur internasional telah membagi makanan ternak dalam dan kelas. Menurut Tillman (1993), meliputi :
Kelas 1:  Forage kering dan roughage diantaranya semua jenis hay, jerami kering, dry powder, dry scover, dan semua bahan makanan kering yang berisi 18% atau lebih serat kasar.
Kelas 2: Semua tunbuhan yang diberikan secara segar sebagai hijauan segar.
Kelas 3:   Silase, semua makanan yang dicacah dan difermentasi.
Kelas 4:  Makanan sumber energi semua biji-bijian, hasil ikutannya, buah-buahan, umbi-umbian kandungan protein < 20% dan 18%.
Kelas 5: Makanan sumber protein makanan yang mempunyai kandungan protein 20% atau lebih.
Kelas 6:  Makanan sumber mineral.
Kelas 7:  Makanan sumber vitamin.
Kelas 8:  Makanan additive.
Klasifikasi bahan pakan ternak dapat dikelompokan berdasarkan asalnya, fungsinya, dan bentuk fisiknya menurut Santoso (1997) berdasarkan pakan yang berasal dari tumbuhan, yaitu : 1. rumput – rumputan, daun – daunan, leguminosae, umbi-umbian, golongan dedak dan bungkil. Menurut Kartadisastra (1994) berdasarkan keadaan fisiknya bahan pakan ternak ada tujuh, yaitu: a.) hijauan segar, b.) jerami dan hijauan kering, c.) silase, d.) sumber energi, e.) sumber protein, f.) sumber vitamin dan mineral g.) bahan tambahan aditif.
            Sumber energi protein, vitamin, dan mineral. Berhubungan dengan nomenklatur bahan pakan dari hasil praktikum. Nomenklatur ini merupakan alat bantu untuk menentukan apakah bahan pakan itu baik untuk ternak atau tidak. Karena dalam nomenklatur ini terdapat komposisi bahan makanan, bahan-bahan makanan ternak sebagai sumber energi kandungan protein kasarnya kurang dari 20% dengan konsentrasi serat kasar dibawah 18%,

5.2.2. Uji fisik
5.2.2.1. Sudut tumpukan
Bahan dengan sudut tumpukan tinggi akan semakin efisien dalam pengangkutan karena kapasitas bahan tersebut yang terangkut melebihi kapasitas alat angkut, sehingga kemungkinan tercecer sepanjang jalan. Bahan pakan dikelompokan berdasarkan sifat bahan dalam penanganan atas dasar pengangkutan dan hubungannya dengan sudut tumpukan adalah sebagai berikut; rendah (21-29), sedang (30-39), tinggi (40-49). Bekatul tergolong sedang dalam cara pengangkutannya karena memiliki nilai sudut tumpukan sebesar 36,250 (Kartadisastra, 1994)
Menurut Khalil (1997), sudut tumpukan merupakan sudut yang dibentuk oleh bahan pakan yang diarahkan pada bidang datar. Sudut tumpukan merupakan kriteria kebebasan bergerak suatu partikel pakan dalam tumpukan dimana semakin tinggi sudut tumpukan kebebasan bergerak suatu partikel semakin berkurang.
Praktikum dilakukan dengan sampel bekatul. Untuk membentuk sudut tumpukan dalam praktikum digunakan corong. Sampel dibiarkanjatuh bebas ke bawah kemudian diukur diameter (curahan bahan) dan ukur tinggi (curahan) dengan penggaris, diambil rata-rata dan diperoleh hasil  33,56°.

5.2.2.2. BJ (Density)
Pengujian berat jenis bahan pada praktikum ini, diperoleh hasil untuk berat jenis, yaitu 0,369 gr/ml yang berarti bahwa setiap 1 mililiter pollard (sampel) memiliki berat 0,369 gr. Sutardi (2001) menyatakan bahwa berat jenis merupakan perbandingan antara massa bahan terhadap volume dan memegang peranan penting dalam berbagai proses pengolahan, penanganan, dan penyimpanan. Berat jenis mempengaruhi kerapatan tumpukan dengan daya imbang homogenitas dan stabilitas kecepatan. Selain itu, peran berat jenis suartu bahan, yaitu menentukan kecepatan bahan.
Perbedaan nilai BJ selain dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik permukaan partikel, juga dipengaruhi oleh kandungan nutrisi bahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Khalil (1999), yang menyatakan bahwa adanya variasi dalam nilai BJ dipengaruhi partikel dan stabilitas suatu campuran pakan. Ransum yang tersusun dari bahan pakan yang memiliki perbedaan berat jenis cukup besar, akan menghasilkan campuran tidak stabil dan mudah terpisah kembali.
.
5.2.2.3. Daya ambang
Cara kerja pada praktikum yang telah dilaksanakan sesuai dengan pernyataan Jaelani dan Firahmi (2007) bahwa daya ambang (floating rate) diukur dengan cara menjatuhkan 10 gram partikel bahan pada ketinggian 3 meter dari dasar lantai, kemudian diukur lamanya waktu (detik) yang dibutuhkan sampai mencapai lantai dengan menggunakan stopwatch. Lantai tempat jatuhnya bahan diberi alas dengan alumunium foil untuk memudahkan pengamatan saat bahan jatuh. Diupayakan pengaruh udara agar diperkecil, yaitu dengan menutup setiap lubang yang memungkinkan angin masuk (ventilasi, jendela, pintu). Daya ambang dihitung dengan cara membagi jarak jatuh (meter) dengan lamanya waktu yang dibutuhkan.
Menurut Khalil (1997), daya ambang berperan terhadap efisiensi pemindahan atau pengangkutan yang menggunakan alat penghisap (pneumatic vacum) dan pengisian silo yang menggunakan gaya gravitasi dengan daya ambang berbeda akan terjadi pemisahan partikel bahan dengan ukuran yang lebih besar akan jatuh terlebih dahulu.
Pada praktikum ini, daya ambang diperoleh dengan cara menjatuhkan bahan atau sampel dari nampan dengan ketinggian 1 meter dan dihitung waktunya menggunakan stopwatch. Dengan menggunakan rumus jarak dibagi waktu, maka diperoleh nilai daya ambang, yaitu 1,0175 m/s.
.
5.2.2.4. Luas permukaan spesifik
Luas permukaan spesifik suatu bahan pakan diperoleh dengan cara pakan yang ditimbang diletakkan di atas milimeter blok, kemudian diukur dengan cara menghitung kotak-kotak yang tertutupi oleh bahan atau sampel pakan tersebut. Menurut Raharjo (2001), luas permukaan spesifik suatu bahan pakan pada suatu berat tertentu selalu berbeda. LPS adalah bahan pakan pada berat tertentu, peran luas spesifik untuk mengetahui tingkat kehalusan bahan pakan tanpa diketahui distribusi partikel secara keseluruhan.
Hasil luas spesifik pemukaan yang diperoleh dari dua kali percobaan adalah 61,05 cm2/gr. Pada praktikum ini, LPS diperoleh dengan cara membandingkan dua buah sampel bahan pakan.

5.2.3. Analisis proksimat
5.2.3.1. Kadar air
Penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan sampel dalam oven pada suatu 105°C - 110°C selama tiga jam atau sampai didapat berat yang konstan selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan. Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan mengandung senyawa yang mudah menguap (Volatile) menggunakan cara destilasi dengan pelarut tertentu (Sri daan Anna, 1989).
Bahan pakan mengandung zat-zat kimia yang secara umum semua makanan mengandung air yang satu lebih banyak dari yang lain. Tinggi rendahnya kadar air mempengaruhi kebutuhan hewan akan air minum. Jika ransum pakan hanya sedikit mengandung maka lebih banyak air minum yang diperlukan oleh hewan tersebut.Banyaknya air yang terkandung pada suatu bahan makanan dapat diketahui jika bahan pakan tersebut dipanaskan (dikeringkan) pada temperatur 100ºC.Oleh karena terjadi penguapan air maka ukuran berat dari bahan pakan menjadi berkurang.Bahan pakan tadi dipanaskan sehingga ukuran beratnya tetap. Ukuran berat sebelum dipanaskan dan sesudah dipanaskan dicari selisihnya maka sama beratnya dengan berat air (Lubis,1993).
Menurut Raharjo (2001), menyatakan bahwa bahan pakan dapat disimpan jika bahan pakan tersebut antara lain mengandung kadar air maksimal 14%. Karena kadar air yang cukup tinggi akan merusak kandungan nutrien dari bahan pakan yang kurang baik.
Praktikum penetapan kadar air kali ini memperoleh hasil 9,395% dan 9,337% dengan rata-rata penetapan kadar airnya adalah 9,336%. Bagi tubuh ternak air berfungsi sebagai :
1)   Pengatur suhu tubuh (thermoregulator) ;
2)   Pelarut pada proes pencernaan dan metabolisme ;
3)   Median transportasi ;
4)   Pembentukan sel-sel tubuh ;
5)   Media pda proses fisiologi.


5.2.3.2. Kadar Abu
Komponen abu dalam analisis proksimat tidak memberikan makanan yang penting karena abu tidak memiliki pembakaran sehingga tidak menghasilkan energi. Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan perhitungan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Meskipun abu termasuk ke dalam golongan mineral, namun bervariasi kombinasi unsur mineral dalam bahanpakan asal tanaman menyebabkan abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan jumlah untuk mineral tersebut. Kadar abu suatu bahan pakan ditentukan dengan pembakaran bahan tersebut pada suhu tinggi (500 - 600°C). Pada suhu tinggi, bahan organik yang ada akan terbakar dan sisanya merupakan abu (Suparjo, 2010).
Praktikum yang dilakukan dengan menggunakan metode kering, dimana bahan pakan. Pengabuan dilakukan sampai warna sampel putih seperti abu. Hal tersebut bertujuan agar bahan organik yang terdapat dalam sampel dapat teroksidasi semua, sama seperti pendapat dari Suparjo (2005). Hasil yang diperoleh pada sat kami praktikum adalah sebanya 14,08%.
Menurut Anggorodi (1979), zat-zat mineral sebagai suatu golongan dalam bahan pakan atau jaringan hewan ditentukan dengan membakar zat organik dan kemudian menimbang sisanya yang disebut abu. Penetuan demikian menjelaskan mengenai zat khusus yang terdapat pada bahan pakan dan abunya dapat mengandung  karbon yang berasal dari zat organik sebagai karbonat bila terlalu banyak mineral pembentuk bara. Abu hasil pembakaran dapat digunkan sebagai titik tolak untuk determinasi prosentase zat tertentu yang terdapat dalam bahan pakan.

5.2.3.3. Kadar Lemak Kasar
Praktikum kadar lemak ini menghasilkan perhitungan lemak kasar bekatul 3,4%. Menurut Raharjo (2004), lemak kasar merupakan campuran beberapa senyawa (lemak, minyak, lilin, asam organik, pigmen sterol, vitamin A D E K) yang larut dalam pelarut lemak. Penentuan lemak kasar dapat ditentukan atau dilakukan menurut sochlet (Metode langsung dan metde tidak langsung ) dimana metode langsung berprinsip bahwa lemak dapat diekstraksi dengan ether atau pelarut lemak lainnya. Menurut sochlet, bila pelarutnya diupkan maka yang tertinggal adalah lemak kasar, sedangkan metode tidak langsung  berprinsip bahwa lemak tidak dapat diekstraksi dengan ether dan pelarut lainnya. Dari bahan kering yang diekstraksikan dengan diethyl ether selama beberapa jam maka bahan yang didapat adalah lemak dan ether akan menguap (Tillman, 1986).
Lemak merupakan sekelompok zat yang tidak larut air tetapi larut dalam eter, kloroform, dan benzena. Ditinjau dari sudut jumlahnya maka lemak merupakan bagian yang penting dari golongan zat dalam tubuh hewan dan pakan, dimana lemak mengandung hydrogen dan karbon serta oksigen juga asam stearat (C57H110O6) (Anggorodi,1994).Penentuan lemak kasar dapat dilakukan menurut Sochlet (metode langsung dan tidak langsung), dimana metode langsung berprinsip bahwa lemak dapat diekstraksi dengan ether atau pelarut lemak lainnya.
Lemak kasar adalah campuran dari beberapa senyawa (lemak, minyak, lilin, asam organik, pigmen, fenol, vitamin ADEK) yang larut dalam pelarut lemak (ether, petroleum, ether, petroleum bensin.) oleh karena itu lemak kasar lebih tepat disebut ekstrak eter.Sedangkan lemak sendiri menurut Anggorodi (1979) yaitu segolongan zat-zat yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam eter, chloroform dan benzene.

5.2.3.4;. Kadar Protein Kasar
Protein kasar merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan produktifitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan nitrogen bahan pakan metode kjeldhal yang kemudian dikali dengan protein 6,25. Penentuan kadar protein melalui metode kjeldahl dilakukan  melalui tiga tahap, yaitu :
1)   Proes destruksi (Oksidasi)
Perubahan N – protein menjasi amonium sulfat ((NH4)2 SO4)). Proses destruksi berfungsi untuk memecah ikatan N dalam bahan pakan menjadi amonium sulfat kecuali ikatan N = N.
2)   Proses destilasi (Penyulingan)
Berfungsi untuk menguapkan dan menangkap N oleh asam sulfat dalam labu erlenmeyer.
3)   Proses titrasi
Berfungsi untuk menangkap N dengan NaOH. Titrasi dihentikan bila warna berubabah menjadi dari biru ke hijau.
(Suparjo, 2010)
Praktikum kadar protein kasar dengan sampel bekatul memiliki kadar protein yaitu 1,97%. Menurut Soeharsono dkk (2005), penggunaan tepung yang dikukus dalam ransum konsentrat dapat meningkatkan konsumsi dan kecernaan protein kasar. Meningkatnya kecernaan PK, diduga karena adaya peningkatan populasi mikroba rumen.

Protein merupakan zat organic yang mengandung karbon, hydrogen, nitrogen, oksigen, sulfur serta fosfor. Zat tersebut merupakan zat pakan utama. Yang mengandung nitrogen, protein adalah essensial bagi kehidupan karena zat tersebut merupakan protoplasma aktif dalam semua sel hidup (Anggorodi,1979).



5.2.3.5. Kadar Serat Kasar
Serat kasar yang terdapat dalam pakan sebagian besar tidak dapat dicerna oleh ternak non ruminansia namun digunakan secara luas pada terna ruminansia. Sebagian besar berasal dari dinding sel tanaman dan mengandung selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Redisu yang tidak terlarut disebut serat kasar. Serat kasar merupakan ukuran yang cukup baik dalam menentukan serat dalam sampel. Pada ternak ruminansia, fraksi ini sangat terbatas nilai nutrisinya sehingga pengukuran serat kasar hanya merupakan pedoman proporsional dalam pakan yang digunakan oleh ternak (Suparjo, 2010)
Hasil praktikum analisis serat kasar sebesar 23,44 %. Menurut Anggorodi (1994), serat kasar merupakan yang tidak dapat larut dalam H2SO4 0,3 N dan didalam NaOH 1,5 N.Persentase serat kasar yang dapat dicerna sangat bervariasi, efeknya terhadap kandungan energi sangat kompleks, serat kasar yang tidak dapat dicerna dapat membawa zat-zat makanan yang dapat dicerna dari bahan-bahan makanan lain keluar dari feses (Amrullah, 2003).

5.2.4. FFA
Menurut Anggorodi (1979) menyatakan bahwa asam lemak bebas tidak mengurangkan fungsi anti oksidan. Anti oksidan tersebut melindungi lemak sama halnya seperti melindungi asam-asamnya. Bila terlalu banyak menambahkan kadar asam lemak, maka akan merusak mesin karena asam lemak akan mudah bereaksi dengan bagian-bagian metal yang akhirnya menyebabkan adanya karat.
Praktikum ml NaOH sebesar 1,8 ml, sehingga dilakukan perhitungan asam lemak bebas yang dinyatakan dalam % FFA dengan memperhatikan berat molekul asam lemak bebas pada sampel bekatul, maka diperoleh hasil sebesar 0,71 % dengan analisis kimia untuk mengetahui asam lemak bebas pada bahan pakan dilakukan dengan prosedur AOAC.
Menurut Tillman (1993), asam lemak bebas yangterdapat pada bahan pakan menunjukkan bahwa pakan tersebut mudah tengik atau tidak, dimana semakin banyak asam lemak yang terkandung dalam bahan pakan maka bahan tersebut mudah tengik jika penyimpanan dilakukan terlalu lama.Sumber energi dibandingkan dengan protein dan karbohidrat lemak sebagai sumber energi efektif karena lemak dan minyak jika dioksidasi secara sempurna akan menghasilkan gram kalori  atau liter gram lemak atau minyak sedangkan protein dan karbohidrat hanya menghasilkan 4 kategori tiap 1 gram protein atau karbohidrat.

5.2.5. Gross energy
Menurut Rajardjo (2004), bila suatu nutrien bahan organik dibakar sempurna sehingga menghasilkan oksida, maka panas yang akan dihasilkan disebut energi bruto. Untuk menentukan besarnya eneri bruto dapat menggunakan bomb kalorimeter. Besarnya energi bahan pakan tidak sam, tergantung dari macam nutrien yang dikandung.
Analisis kimia untuk menetapkan energi bruto pada bahan pakan dengan prosedur ADAC (1990). Pada praktikum dengan bekatul sebanyak 0,5 gr. Setelah bahan pakan dibakar, maka akan didapatkan abu dari sampel tersebut.
Energy total (Gross Energy) makanan adalah jumlah energi kimia yang ada dalam makanan dengan mengubah energi kimia menjadi energi panas dan diukur jumlah panas yang dihasilkan. Panas akan diketahui sebagi sumber energi total atau panas pembakaran dari makanan. Bomb kalorimeter digunakan untuk menentukan energi total dan sampel makanan dipijarkan dengan aliran listrik. Panas yang dihasilkan dihitung dengan kenaikan temperatur air dan berat serta panas spesifik dai alat bomb dan air. Metode ini dipakai untuk energi tobal makanan dan produk ekstretori (Tillman, 1989).
Analisis kadar energi adalah usaha untuk mengetahui kadar energi bahan baku pakan, dalam analisis biasanya ditentukan energi bruto lebih dahulu dengan cara membakar sejumlah bahan baku pakan sehingga diperoleh hasil-hasil oksidasi yang berupa karbondioksida air dan gas lainnya. Untuk mengukur panas yang ditimbulkan oleh pembakaran digunakan suatu alat bom kalorimeter.  Penentuan energi bruto menentukan jumlah energi kalori dalam bahan baku pakan yang dianalisis (Murtidjo, 1990).
Menurut Raharjo (2001), menyatakan bahwa Bom kalorimeter digunakan untuk mengukur panas yang dihasilkan oleh pembakaran. Bom kalorimeter terdiri dari suatu bejana yang tertutup, dimana bahan pakan tersebut dibakar, dengan cara bom tersebut di isi dengan 28 atm oksigen.Energi yang terdapat pada dedaktidak seluruhnya dapat dipergunakn oleh tubuh, minimal ada 4 nilai energi yaitu energi bruto (Gross Energy) atau combusible energi); energi yang dapat dicerna; energi metabolism dan energi netto.




VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1  KESIMPULAN
1.        Pemberian nama bahan makanan secara internasional meliputi :
a.    Asal mula
b.    Bagian atau part diberikan pada ternak sebagai bahan pakan
c.    Prosesing dan perlakuan
d.   Tingkat kedewasaan(maturity)
e.         Fase pemotongan atau defoliasi
f.         Grade
2.        Alat-alat yang diperkenalkan dalam praktikum sebagian besar terbuat dari gelas, besi, karet dan kayu.
3.        Sifat fisik bahan pakan tersdiri atas :  sudut tumpukan, BJ, daya ambang, luas permukaan spesifik.
4.        Sifat fisik suatu bahan berpengaruh terhadap sifat fisik yang lain pada bahan tersebut.
5.        Tujuan mengetahiu sifat fisik bahan pakan yaitu untuk mempermudah penangan dalam pengangkutan, pengolahan, dan menjaga homogenitas dan stabilitas saat pencampuran.
6.        Analisis Proksimat digunakan untuk mengeukur atau menganalisis kadar air,kadar abu, kadar lemak kasar, kadar serat kasar dan kadar protein kasar
7.        Nilai dari kadar abu bahan pakan tergantung pada jenis bahan pakan
8.        Asam lemak bebas mudah bereaksi dengan bagian-bagian metal
9.        Hasil FFA sdalam praktikum 0,28 %
10.    Bom kalorimeter digunakan untuk mengukur panas yang dihasilkan oleh pembakaran.
11.    Nilai GE yang diperoleh 2754,08 kal/ gr
12.    Energi bruto ditentukan dengan membakar sejumlah bahan pakan


6.2 SARAN
1.    Praktikan dan asisten harus dapat bekerja sama agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.
2.    Praktikan lebih teliti dalam mengikuti praktikum agar diperoleh hasil yang maksimal.
3.    Asisten harus dapat mengawasi dan memberi arahan yang baik kepada praktikan.




DAFTAR PUSTAKA
Darsudi. Analisis Kandungan Proksimat Bahan Baku Dan Pakan Buatan/ Pelet Untuk Kepiting Bakau. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut.

Musfiroh. Analisis Proksimat Dan Penetapan Kadar β-Karoten dalam Selai Lembaran Terung Belanda Dengan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak. Fakultas Farmasi. Universitas Padjajaran. Bandung.

Suparjo.2010. Analisis Bahan Pakan Secara Kimiawi. Laboratorium Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Jambi. Jambi.

Anggrodi,H.R.1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Mujnisa, A.2007. Uji Fisik Jagung Giling Pada Berbagai Ukuran Partikel. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanudin. Makasar.

Wiaranti, H. Pengembangan Teknologi Sereal Bekatul Dengan Menggunakan Twin Screw Extruder. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anggrodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta.

Guntoro, S. 2008. Membuat Pakan Ternak Dari Limbah Perkebunan. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Kartodisastra, H.R. 1997. Pengelolaan Pakan Ayam. Angkasa. Bandung.

Khalil. 1997. Pengelolaan Sumber Daya Pakan Dan Ransum. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Khalil,dkk. 2002. Evaluasi Kandungan Energi Metabolisme Ransum Yang Mengandung Biji Karet Fermentasi Pada Ayam Pedaging. Jurnal Media Peternakan Vol 25 No 1. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas. Medan

Sudarmadji, S. 1997. Prosedur untuk Analisa Bahan Pakan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.

Tillman, A.d. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar